Sabtu, 08 Agustus 2009

MENELADANI AKHLAQ AS-SALAFUSH- SHOLIH


Saudaraku rohimaniyallohu wa iyyakum. Dalam rubrik percikan Iman kali ini kita akan mempelajari bersama tentang Meneladani Akhlaq As-Salafush-Sholih.

Tauhid dan keimanan yang benar pasti akan membuahkan amal nyata. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

“Iman itu terdiri dari tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang. Yang tertinggi adalah ucapan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ , dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu juga termasuk cabang keimanan. ” (Hadits riwayat Al-Imam Al-Bukhori dan Muslim dari Abu Huroirairoh رضي الله عنه , dan ini lafazh Muslim).

Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Alloh di mana saja engkau berada. Dan ikutilah perbuatan dosa dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah orang dengan akhlak yang baik. ”(Hadits riwayat Al-Imam At-Tirmidzi dari Abu Dzar رضي الله عنه ).

Ibnu Rojab al-Hanbali رحمه الله تعالى mengatakan, “Rosululloh صلى الله عليه وسلم menyebutkan perintah berakhlak secara terpisah, dikarenakan kebanyakan orang mengira bahwa ketakwaan itu hanya berkutat dengan masalah pemenuhan hak-hak Alloh سبحانه وتعالى dan tidak berurusan dengan pemenuhan hak hamba-hamba-Nya…” “Dan orang yang menunaikan hak-hak Alloh تعالى sekaligus hak-hak sesama hamba dengan baik adalah sesuatu yang sangat jarang ditemukan, kecuali pada diri para nabi dan orang-orang yang shidiq (benar) …” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 237)

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh رضي الله عنه , beliau رضي الله عنه berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم pernah ditanya tentang sebab paling banyak yang mengakibatkan orang masuk surga. Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Takwa kepada Alloh dan akhlaq mulia. ” Beliau صلى الله عليه وسلم juga ditanya tentang sebab paling banyak yang mengakibatkan orang masuk neraka, maka beliau صلى الله عليه وسلم menjawab, “Mulut dan kemaluan. ” (Hadits riwayat Al-Imam Tirmidzi).

Al-Imam An-Nawawi رحمه الله تعالى membuat sebuah bab khusus di dalam kitab Riyadhush Sholihin yang berjudul Bab Husnul Khuluq (Akhlaq mulia). Maksud penyusunan bab ini oleh beliau رحمه الله تعالى ialah dalam rangka memotivasi agar kita memiliki akhlak yang mulia. Di dalam bab ini beliau رحمه الله تعالى juga hendak menerangkan keutamaan-keutamaannya serta siapa sajakah di antara hamba-hamba Alloh عزوجل yang memiliki sifat-sifat mulia itu. Husnul khuluq meliputi berakhlaq mulia kepada Alloh سبحانه وتعالى dan berakhlaq mulia kepada hamba-hamba Alloh تعالى .

Berakhlaq mulia kepada Alloh سبحانه وتعالى yaitu senantiasa ridho terhadap ketetapan hukum-Nya, baik yang berupa aturan syari’at maupun ketetapan takdir, menerimanya dengan dada yang lapang tanpa keluh kesah, tidak berputus asa ataupun bersedih. Apabila Alloh تعالى mentaqdirkan sesuatu yang tidak disukai menimpa seorang muslim, maka hendaknya dia ridho terhadapnya, pasrah dan sabar dalam menghadapinya. Dia ucapkan dengan lisan dan hatinya: رضيت بالله ربًّأ(rodhiitu billaahi Robban) ‘Aku ridho Alloh sebagai Robb’. Apabila Alloh سبحانه وتعالى menetapkan keputusan hukum syar’i kepadanya maka, dia menerimanya dengan ridho dan pasrah, tunduk patuh melaksanakan syari’at Alloh عزوجل Jalla dengan dada yang lapang dan hati yang tenang, inilah makna berakhlak mulia terhadap Alloh عزوجل .

Saudaraku yang budiman. Adapun berakhlak mulia kepada sesama hamba ialah dengan menempuh cara sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama, yaitu yang tercakup dalam tiga ungkapan berikut ini:

Yang pertama: كَفُّ اْلأذى (menahan diri dari mengganggu): yaitu dengan tidak mengganggu sesama baik melalui ucapan maupun perbuatannya. Kemudian yang kedua: بَذْلُ النَّدَى (memberikan kebaikan yang dimiliki): yaitu rela memberikan apa yang dimilikinya berupa harta atau ilmu atau kedudukan dan kebaikan lainnya. Dan yang ketiga:طَلَقَةُ الوَجْهِ (bermuka berseri-seri, ramah): dengan cara memasang wajah berseri apabila berjumpa dengan sesama, tidak bermuka masam atau memalingkan pipi. Inilah husnul khuluq.

Orang yang dapat melakukan ketiga hal ini niscaya dia juga akan bisa bersabar menghadapi gangguan yang ditimpakan manusia kepadanya, sebab bersabar menghadapi gangguan mereka termasuk juga husnul khuluq . Bahkan jika seorang muslim mengharapkan pahala dari Alloh سبحانه وتعالى atas kesabarannya tentulah itu akan membuahkan kebaikan di sisi Alloh سبحانه وتعالى .

Nah saudaraku yang budiman, bagaimanakah berakhlak mulia kepada sesama? Di dalam sebuah ayat Alloh telah menghimpun beberapa kunci pokok, untuk bisa meraih akhlak yang mulia kepada sesama. Barangsiapa mempraktekkannya, niscaya akan merasakan kenikmatan buahnya. Alloh سبحانه وتعالى berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. ” (Surat al-A’roofayat 199)

Saudaraku yang budiman. Ayat yang mulia ini telah merangkum kandungan makna-makna husnul khuluq (akhlaq yang mulia) kepada sesama serta apa saja yang sepantasnya dilakukan oleh seorang hamba dalam hal mu’amalah dan pergaulan hidup mereka. Alloh عزوجل memerintahkan kita untuk melakukan tiga hal: Pertama: Menjadi pema’af. Kemudian kedua: Menyuruh orang agar mengerjakan yang ma’ruf. Dan yang ketiga adalah:Berpaling dari orang-orang yang bodoh.

Pengertian pema’af di sini luas. Pemaaf mencakup segala bentuk perbuatan dan akhlak yang dapat membuat hati mereka lapang dan memberikan kemudahan untuk orang lain. Sehingga dia tidak membebankan perkara-perkara sulit yang tidak sesuai dengan tabi’at mereka. Bahkan dia mampu mensyukuri (berterima kasih) terhadap apa saja yang mereka berikan baik berwujud ucapan maupun perbuatan yang santun atau bahkan yang lebih rendah darinya. Hal itu juga disertai dengan sikap memaklumi kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri orang lain. Dia tidak menyombongkan diri di hadapan yang kecil dan yang lemah akalnya karena kelemahan-kelemahan mereka. Begitu pula, dia tidak sombong kepada orang yang miskin disebabkan kemiskinannya. Bahkan dia mampu berinteraksi (berhubungan) dengan semuanya dengan lemah lembut dan melapangkan dada-dada mereka. Ia memilih sikap yang tepat sesuai situasi dan kondisi yang ada.

Pengertian mengerjakan yang ma’ruf adalah segala ucapan dan perbuatan yang baik, budi pekerti yang sempurna, terhadap orang yang memiliki hubungan dekat maupun jauh. Saudaraku yang budiman, hendaknya kita bersikap baik kepada orang lain dengan mengajarkan ilmu yang kita miliki, menganjurkan kebaikan, menyambung tali silaturahim, berbakti kepada kedua orang tua, mendamaikan persengketaan yang terjadi di antara sesama, atau menyumbangkan nasihat yang bermanfaat, pendapat yang jitu, memberikan bantuan dalam kebaikan dan ketakwaan, menghalangi terjadinya suatu keburukan atau dengan memberikan arahan untuk meraih kebaikan diniyah (agama) maupun duniawiyah (dunia).

Adapun yang dimaksud dengan “Berpaling dari orang-orang yang bodoh” yaitu tidak melayani atau ikut larut dalam kebodohan mereka. Jika mereka mengusik kita dengan kata-kata atau dengan tindakan bodoh maka hendaknya kita menyingkir. Kita tidak perlu membalas dendam dengan mengganggu mereka juga. Barangsiapa yang memutuskan hubungan dengan kita, maka hendaknya kta sambung hubungan dengannya. Dan barangsiapa yang menzhalimi kita, maka hendaknya kita berbuat adil kepadanya. Dengan cara inilah kita akan memperoleh limpahan pahala dari Alloh عزوجل , hati menjadi tentram dan tenang, bebas dari ulah orang-orang bodoh, bahkan dengan cara ini juga, dapat merubah orang yang semula musuh menjadi teman.

Demikianlah pertemuan kita kali ini. والله ولي التوفيق . نَسْأَلُ اللهَ أَنْ يَرْزُقَنَاوَإِيَّاكُمْ الْعِلْمَ النَّافِعَ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

ORANG YANG PALING DEKAT DENGAN NABI صلى الله عليه وسلم DI HARI KIAMAT


Saudaraku rohimaniyallohu wa iyyakum. Dalam rubrik percikan Iman kali ini kita akan mempelajari bersama tentang orang yang pali dekat dengan Nabi صلى الله عليه وسلم di hari Qiyamat.

Diriwayatkan dari Jabir رضي الله عنه bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda,

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun. ” Sahabat berkata: “Ya Rosululloh… kami sudah tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong. ” (Hadits riwayat Al-Imam At-Tirmidzi. Hadits ini dishohihkan oleh Al-Albani dalam kitab Shohih Sunan At-Tirmidzi)

Saudaraku yang budiman. Di dalam hadits ini Rosululloh صلى الله عليه وسلم menerangkan bahwa orang yang paling dekat dengan beliau adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Maka apabila akhlak kita semakin mulia, niscaya kedudukan kita di hari kiamat kelak akan semakin dekat dengan beliau صلى الله عليه وسلم dibandingkan selain kita. Sedangkan orang yang terjauh posisinya dari Nabi صلى الله عليه وسلم pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin رحمه الله تعالى menerangkan bahwa ma’na tsartsarun adalah orang yang banyak bicara dan suka menyerobot pembicaraan orang lain. Apabila dia duduk ngobrol dalam suatu majlis, dia sering menyerobot pembicaraan orang lain, sehingga seolah-olah tidak boleh ada yang bicara dalam majlis itu selain dia. Dia berbicara, tanpa membiarkan orang lain leluasa berkata-kata. Perbuatan seperti ini tidak diragukan lagi termasuk kesombongan. Yang dimaksud majlis dalam konteks ini adalah pembicaraan-pembicaraan sehari-hari bukan majlis ilmu atau pengajian. Sebab jika suatu saat kita mendapat kesempatan untuk memberikan nasihat atau mengisi kajian di depan mereka lalu kita sendirian yang lebih banyak berbicara maka hal ini tidaklah mengapa. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin رحمه الله تعالى menerangkan bahwa makna mutasyaddiqun adalah orang yang suka berbicara dengan gaya bicara yang meremehkan orang lain, seolah-olah dia adalah orang paling fasih. Itu dilakukannya karena kesombongan dan bangga diri yang berlebihan. Seperti contohnya berbicara dengan menggunakan bahasa Arab di hadapan orang-orang awam. Sebab kebanyakan orang awam tidak paham bahasa Arab. Seandainya kita mengajak bicara mereka dengan bahasa Arab, maka tentulah hal itu terhitung sikap berlebihan dan memaksa-maksakan dalam pembicaraan. Adapun jika kita sedang mengajar di hadapan para penuntut ilmu, maka biasakanlah berbicara dengan bahasa Arab dalam rangka mendidik dan melatih mereka agar sanggup berbicara dengan bahasa Arab. Adapun terhadap orang awam maka tidak selayaknya kita berbicara dengan mereka dengan bahasa Arab, tetapi hendaknya kita berbicara dengan mereka dengan bahasa yang mereka pahami, dan jangan banyak memakai istilah-istilah asing. Artinya janganlah kita menggunakan kata-kata asing yang sulit mereka mengerti, karena hal itu termasuk berlebihan dan angkuh dalam pembicaraan. Saudaraku yang budiman, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin رحمه الله تعالى juga menerangkan makna mutafaihiqun: Nabi صلى الله عليه وسلم telah menerangkannya yaitu orang-orang yang sombong. Orang sombong ini bersikap angkuh di hadapan orang-orang. Jika berdiri untuk berjalan seolah-olah dia berjalan di atas helaian daun (dengan langkah kaki yang dibuat-buat –pent) karena adanya kesombongan di dalam dirinya. Perilaku ini tidak diragukan lagi termasuk akhlak yang sangat tercela. Wajib bagi setiap orang untuk menghindarinya. Karena yang namanya orang tetap saja manusia biasa, maka hendaklah dia mengerti ukuran dirinya sendiri. Meskipun dia telah dikaruniai sekian banyak harta, kedalaman ilmu atau kedudukan yang tinggi oleh Alloh سبحانه وتعالى , seyogyanya dia merendahkan hati (tawadhu’).

Sikap tawadhu’ orang-orang yang telah mendapat anugerah harta, ilmu, atau kedudukan tentu lebih utama nilainya daripada tawadhu’nya orang-orang yang tidak seperti mereka. Oleh sebab itu terdapat dalam sebuah hadits yang memberitakan orang-orang yang tidak akan diajak bicara oleh Alloh سبحانه وتعالى dan tidak disucikan-Nya pada hari kiamat, diantara mereka adalah:“Orang miskin yang sombong”. Sebab orang miskin tidak mempunyai faktor pendorong (modal) untuk sombong…. Sudah semestinya orang-orang yang diberi anugerah nikmat oleh Alloh سبحانه وتعالى semakin meningkatkan syukurnya kepada Alloh سبحانه وتعالى serta semakin tambah tawadhu’ kepada sesama.

Saudaraku yang budiman rohimaniyallohu wa iyyakum. Demikianlah pertemuan kita kali ini, tentang orang yang paling dekat dekat dengan Nabi صلى الله عليه وسلم di hari qiyamat. Insya Alloh kita akan berjumpa kembali dalam edisi dan kesempatan berikutnya. Semoga Alloh سبحانه وتعالى memberikan taufiq kepada kita semua untuk memiliki akhlak yang mulia dan amal yang baik, dan semoga Alloh عزوجل menjauhkan kita dari akhlak-akhlak yang buruk dan amal-amal yang jelek, sesungguhnya Dia Maha dermawan lagi Maha mulia . والله ولي التوفيق . نَسْأَلُ اللهَ أَنْ يَرْزُقَنَاوَإِيَّاكُمْ الْعِلْمَ النَّافِعَ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Pencipta Alam Semesta


Saudaraku yang budiman a’azzaniyallohu wa iyyaakum. Kembali kita berjumpa dalam rubrik percikan Iman. Kali ini kita akan mempelajari bersama mengenai Satu-Satunya Pencipta alam jagat raya beserta isinya.

Saudaraku yang budiman, Alloh تعالى menciptakan manusia dengan fitroh mengakui serta mengetahui Robb, yakni pengatur, pengurus dan penguasa alam semesta beserta isinya. Demikian juga Alloh تعالى menciptakan semua makhluk dalam keadaan fithroh terhadap Robb, pencipta, pengurus dan penguasa semesta alam beserta isinya. Bahkan orang-orang musyrik yang menyukutukan Alloh dalam ibadah dan ketaatan atau kepatuhan, juga mengakui keesaan Alloh dalam hal pencitaan, pengaturan dan kekuasaan. Mari kita simak firman Alloh تعالى dalam suratAl-Mu’minun ayat 86 - 89:

ö@è% `tB >§ ÏNºuq»yJ¡¡9$# Æìö7¡¡9$# >uur ĸöyèø9$# ËLìÏàyèø9$# ÇÑÏÈ šcqä9qà)uy ¬! 4 ö@è% Ÿxsùr& šcqà)­Gs? ÇÑÐÈ ö@è% .`tB ¾ÍnÏuÎ/ ßNqä3w=tB Èe@à2 &äóÓx« uqèdur 玍Ågä Ÿwur â$pgä Ïmøn=tã cÎ) óOçFZä. tbqçHs>÷ès? ÇÑÑÈ šcqä9qà)uy ¬! 4 ö@è% 4¯Tr'sù šcrãysó¡è@ ÇÑÒÈ

“Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Alloh. " Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Alloh. " Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?"

Saudaraku yang budiman, dalam ini, kita ketahui bahwa orang kafir sekalipun ketika ditanya tentang siapa pemilik langit dan ‘arsy. Maka mereka yakni orang kafir menjawab: pemilik langit dan ‘arsy adalah Alloh سبحانه وتعالى . Nah saudaraku, kenapa mereka dikatakan kafir, padahal mereka mengakui bahwa Alloh-lah pemilik, penguasa dan pengatur alam semesta. Hal ini dikarenakan mereka tidak menjunjung tinggi dan tidak mematuhi aturan hukum dan undang-undang yang ditetapkan Alloh dan rosul-Nya.

Saudaraku yang budiman, di zaman sekarang tidak sedikit manusia yang mempercayai bahwa penguasa atau pengatur adalah makhluk ghoib, seperti jin, malaikat atau nyi roro kidul. Mereka menampakkan keingkarannya dikarenan kesombongan, atau karena fithro mereka telah dirusak iblis atau syaithon la’natulloh ‘alaihim.

Nah saudaraku, sungguh sangat memprihatinkan, tidak sedikit juga orang yang mengaku Islam, akan tetapi mereka mempercayai ada makhluk ghoib sebagai penguasa gunung, penjaga laut. Atau mengatakan ada pohon atau batu kramat yang bisa mendatangkan manfaat dan mudhorot. Demikian juga ada yang mengatakan penguasa atau penjaga laut selatan adalah nyi roro kidul. Padahal perkataan dan kepercayaan seperti ini adalah kesyirikan yang menjerumusskan pada neraka dan kekal di dalamnya. Na’udzu billahi min dzalik.

Saudaraku yang budiman, setelah kita mengetahui bahwa satu-satunya pencita, pengatur dan penguasa alam semeta isinya adalah hanya Alloh تعالى , selanjutnya kita akan mempelajari tentang tauhid rububiyyah. Saudaraku, arti tauhid adalah pengesaan. Adapun rububiyyah berasal dari Robb, yang memiliki arti pencipta, pengatur dan penguasa. Jadi Tauhid ar-rububiyah adalah pengesaan dan pensucian Alloh سبحانه وتعالى dalam kekuasaan dan perbuatan-perbuatan-Nya. Tiada sekutu bagi-Nya. Dalam surat Al-A’rof ayat ayat 54, Alloh تعالى berfirman:

Ÿwr& ã&s! ß,ù=sƒø:$# âöDF{$#ur 3 x8u$t6s? ª!$# >u tûüÏHs>»yèø9$#

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanya hak Alloh. Maha suci Alloh, Rabb semesta alam. ” [

ãNà6Ï9ºsŒ ª!$# öNä3š/u çms9 ہù=ßJø9$# 4 tûïÏ%©!$#ur šcqããôs? `ÏB ¾ÏmÏRrߊ $tB šcqä3Î=÷Ktƒ `ÏB AŽÏJôÜÏ%

“Yang (berbuat) demikian itulah Alloh Rabb kalian, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kalian seru (ibadahi) selain Alloh tidak mem-punyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. “ [QS. Faathir (35): 13]

Berikut ini adalah kandungan tauhid rububiyyah

Termasuk dalam kandungan tauhid rububiyyah, bahwa hanya Alloh-lah Pencipta alam semesta dan semua yang ada di dalamnya. Hanya Alloh- lah Pemberi dan Pencegah, Penghidup dan Pemati, Pengada dan Peniada. Tiada sekutu bagi-Nya.

ßôJptø:$# ¬! Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Ÿ@yèy_ur ÏM»uHä>à9$# uqZ9$#ur ( ¢OèO tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. öNÍkÍh5tÎ/ šcqä9Ï÷ètƒ

“Segala puji bagi Alloh Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan meng-adakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan Robb mereka. ” Surat al-An`aam ayat 1.

Dalam surat Aali ‘Imron ayat 26-27, Alloh تعالى berfirman:

È@è% ¢Oßg¯=9$# y7Î=»tB Å7ù=ßJø9$# ÎA÷sè? šù=ßJø9$# `tB âä!$t±n@ äíÍ\s?ur šù=ßJø9$# `£JÏB âä!$t±n@ Ïèè?ur `tB âä!$t±n@ AÉè?ur `tB âä!$t±n@ ( x8ÏuŠÎ/ çŽöyø9$# ( y7¨RÎ) 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÏÈ ßkÏ9qè? Ÿ@øŠ©9$# Îû Í$yg¨Y9$# ßkÏ9qè?ur u$yg¨Y9$# Îû È@øŠ©9$# ( ßl̍÷è?ur ¢yÛø9$# šÆÏB ÏMÍhyJø9$# ßl̍÷è?ur |MÍhyJø9$# z`ÏB ÇcyÛø9$# ( ä-ãös?ur `tB âä!$t±n@ ÎŽötóÎ/ 5>$|¡Ïm ÇËÐÈ

“Katakanlah: “Wahai Ilah Yang hanya Dia-lah pemilik seluruh kerajaan, Engkau berikan kerajaan (kekuasaan) kepada orang yang Engkau kehendaki Engkau cabut kerajaan (kekuasaan) dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau mu-liakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang kepada malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.

Demikian juga termasuk kandungan tauhid rububiyyah adalah, bahwa Alloh عزوجل adalah Penguasa tertinggi, kekuasaan-Nya tidak ada batasnya, dan tidak ada kekuasaan yang menandingi-Nya. Semua makhluk berada dalam genggaman kekuasaan Alloh تعالى . Semua yang ikehendaki-Nya pasti terjadi, dan semua yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Tidak ada keinginan lain yang bisa terlaksana bila bertentangan dengan keinginan-Nya. Tidak ada yang bisa mencegah-Nya dari berbuat apa pun juga. Alloh تعالى berfirman:

ôs)©9 txÿŸ2 šúïÏ%©!$# (#þqä9$s% ¨bÎ) ©!$# uqèd ßxŠÅ¡yJø9$# ßûøó$# zNtƒótB 4 ö@è% `yJsù ہÎ=ôJtƒ z`ÏB «!$# $º«øx© ïcÎ) yŠ#ur& br& šÎ=ôgムyxÅ¡yJø9$# šÆö/$# zNtƒötB ¼çm¨Bé&ur ÆtBur Îû ÇÚöF{$# $YèŠÏHsd 3 ¬!ur ہù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ 4 ß,è=øƒs $tB âä!$t±o 4 ª!$#ur 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs%

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Alloh itu adalah al-Masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangikehendak Alloh, jika Dia hendak membina-sakan al-Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang berada di bumi semuanya”. Kepunyaan Alloh kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikendaki-Nya. Dan Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. ” [QS. al-Maa’idah (5): 17]

Saudaraku yang budiman, jadi Pencipta, pengatur dan penguasa semua makhluk hanya Alloh saja. Yang menurunkan hujan dan menahannya, menjaga gunung, laut, daratan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pencipta, pengatur dan penguasa, maka itu semua hanya Alloh سبحانه وتعالى . Oleh karena itu, jika barangsiapa yang mengatakan penjaga gunung, laut atau yang lainnya adalah makhluk halus atau malaikat atau yang lainnya selain Alloh تعالى , maka dia telah membuat kesyirikan. Na’udzu billahi min dzalik.

Demikianlah pembelajaran kita kali ini. نَسْأَلُ اللهَ أَنْ يَرْزُقَنَاوَإِيَّاكُمْ الْعِلْمَ النَّافِعَ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ

والله ولي التوفيق